Si Buta dan Malaikat
Ada seorang sahabat tiap kali pergi ke masjid ia selalu membawa uang yang banyak. Ketika selesai shalat ia membagi-bagikan uang tersebut kepada setiap pengemis yang ditemuinya. Bahkan ketika si pengemis minta baju yang sedang ia pakai, ia tetap memberikannya. Suatu hari ia ditegur oleh sahabat yang lain : “Hai tuan, mengapa anda selalu memberi sesuatu kepada pengemis yang minta kepada tuan? Bukankah itu hal yang tidak mendidik, membuat mereka (pengemis) menjadi semakin malas?” Beliau menjawab : “Saya lebih takut lagi jika pengemis itu adalah malaikat yang menyamar untuk menguji imanku”.
Dikisahkan ada 3 (tiga) orang yang sedang diuji Allah. Yang pertama diuji dengan penyakit kudis di seluruh tubuhnya. Orang-orang mulai menjauhinya takut akan tertular penyakitnya. Kulitnya tidak lagi mulus dan wajahnyapun tak lagi tampan. Tiap hari ia berdo’a kepada Allah untuk memberi kesembuhan atas penyakit yang ia derita, tetapi Allah masih belum meluluskannya.
Yang kedua diuji dengan penyakit botak. Rambutnya yang hitam dan lebat mulai rontok satu-persatu sampai akhirnya tidak ada sehelai rambutpun di kepalanya. Tiap kali keluar rumah ia selalu menjadi bahan ejekan. Penampilannya yang botak akhirnya membuat orang-orang menjulukinya dengan sebutan si Botak.
Yang ketiga diuji Allah dengan kebutaan. Indahnya dunia tidak lagi dapat ia pandang. Ia merasa sepi sendirian tanpa dapat melihat kiri maupun kanan.
Suatu ketika Allah mengutus malaikat untuk mendatangi ketiga orang tersebut dan mengabulkan permintaan mereka.
Malaikatpun mendatangi orang pertama, seraya bertanya : “Apa yang paling anda inginkan?” Jawabnya : “Warna dan kulit yang indah serta hilangnya seluruh cacat di tubuhku yang membuat manusia menjauhiku”. Malaikat lalu mengusapnya sehingga segala cacat di kulitnya hilang dan berganti warna kulit yang indah. Malaikat lalu bertanya lagi : “Binatang (ternak) apa yang anda inginkan?” Jawabnya : “Unta”. Lantas diapun diberi unta yang sedang bunting dan malaikat berdo’a : “Semoga Allah memberkahimu dengan binatang itu”.
Selanjutnya malaikat mendatangi orang yang botak dan bertanya : “Apa yang paling anda inginkan?” Jawabnya : “Rambut yang indah dan hilangnya seluruh cacat yang membuat manusia lari dariku”. Malaikat lalu mengusapnya sehingga cacat di kepalanya hilang dan diberi rambut yang indah. Malaikat lalu bertanya lagi : “Binatang apa yang paling anda inginkan?” Jawabnya : “Sapi”. Lantas diapun diberi seekor sapi bunting dan malaikat berdo’a : “Semoga Allah memberkahimu dengan binatang itu”.
Kemudian malaikat mendatangi orang ketiga (si buta) dengan pertanyaan yang sama : “Apakah sesuatu yang paling anda inginkan?” Jawabnya : “Semoga Allah menyembuhkan mataku hingga aku dapat melihat”. Malaikat lalu mengusapnya sehingga dia dapat melihat. Malaikat lalu bertanya lagi : “Binatang apa yang paling anda inginkan?” Jawabnya : “Kambing”. Lantas diapun diberi kambing bunting dan malaikat berdo’a : “Semoga Allah memberkahimu dengan binatang itu”.
Waktu terus berputar, hari datang silih berganti, bulan terus berganti dan tahun demi tahunpun berlalu. Ternak mereka makin berkembang biak dan bertambah banyak, hingga masing-masing mempunyai
sebuah lembah yang mereka pergunakan untuk menggembala ternaknya masing-masing. Lembah unta, lembah sapi dan lembah kambing.
Tibalah saatnya bagi Allah untuk menguji mereka. Malaikat kembali mendatangi orang pertama yang kini adalah orang kaya dan tidak lagi berkudis. Malaikat tersebut datang dengan wujud dan keadaan orang tersebut sebelum jadi kaya, yaitu seorang miskin lagi berkudis. Kemudian mengatakan : “Saya seorang miskin yang kehabisan bekal dalam perjalanan, hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah, kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah dikaruniai kulit yang indah untuk berkenan kiranya memberikan sedikit harta demi kelangsungan perjalanan saya”. Si kudis menjawab : “Tidak, kebutuhanku yang lain masih banyak”. Malaikat berkata : “Sepertinya dulu saya pernah mengenal tuan. Bukankah dahulunya tuan adalah seorang yang berkudis lalu Allah sembuhkan? Dan dahulu tuan adalah seorang fakir lalu Allah cukupkan?” Dia menjawab : “Harta ini adalah warisan nenek moyang sejak dulu”. Kata malaikat : “Jikalau engkau dusta, maka Allah akan merubah tuan seperti keadaan semula”.
Berikutnya malaikat mendatangi orang kedua. Malaikat menyerupai wujudnya ketika masih miskin dan botak dahulu seraya mengajukan permintaan yang serupa dengan orang pertama tadi. Jawaban yang diperolehpun tak berbeda dengan jawaban orang pertama. Akhirnya malaikat berkata : “Jikalau engkau dusta, maka Allah akan merubah tuan seperti keadaan semula”.
Malaikat kemudian mendatangi orang ketiga dengan rupa seorang buta yang miskin seraya mengatakan : “Saya orang miskin yang kehabisan bekal dalam perjalanan. Hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah, kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah disembuhkan oleh Allah untuk berkenan kiranya memberi saya sedikit harta demi kelangsungan perjalanan saya ini”. Jawab si buta : “Dulu aku adalah seorang buta, kemudian Allah menyembuhkanku, maka ambillah apa saja dan berapapun yang anda mau dan tinggalkan yang anda tidak suka.
Demi Allah, saya tidak merasa keberatan bila anda mengambil sesuatu untuk Allah”. Malaikat menjawab : “Tahanlah hartamu, ambillah kembali. Sesungguhnya kalian sedang diuji. Allah telah meridhoimu dan murka kepada Saudaramu”.
Si buta dengan ikhlas hati memberikan hartanya kepada malaikat tersebut yang dalam pandangannya adalah seorang yang membutuhkan bantuan, maka Allah memberkahinya dan dia tetap memiliki hartanya. Berbeda halnya dengan kedua rekannya terdahulu yang ternyata dia berubah menjadi seorang bakhil. Setelah berubah menjadi orang kaya dan berharta, keduanya lupa akan kewajibannya, yaitu bersyukur kepada Allah dan memberikan hak orang lain yang juga membutuhkan uluran tangannya, maka dikembalikanlah keadaan mereka sebagaimana semula.
Setiap hari kita pasti melihat orang yang meminta-minta. Entah di rumah, pasar, masjid maupun di jalan. Ketika peminta atau pengemis itu datang mendekati dan mengharapkan belas kasihan Ibu, apa yang Ibu lakukan? Pernahkan Ibu-Ibu menghardiknya meskipun dalam hati? Pernahkah Ibu-Ibu berfikir bahwasanya mungkin salah satu pengemis itu adalah seorang malaikat yang sedang menyamar guna menguji iman Ibu-Ibu?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus