Tuntunan Puasa dan Hikmahnya


Puasa di dalam Islam disebut ASH-SHIYAM yang artinya menurut bahasa ialah "menahan diri dari atau meninggalkan sesuatu". ASH-SHIYAM menurut istilah artinya menahan diri di siang hari dan mengendalikan diri dimalam hari. Jadi siang ditahan dan malam dikendalikan. Bukan siang ditahan dan malam dilampiaskan.
Puasa Ramadhan bagi orang Islam hukumnya wajib, artinya dikerjakan berpahala, ditinggalkan berdosa. Adapun tujuan puasa menurut Allah adalah LA'ALLAKUM TATTAQUUN "agar menjadi orang-orang yang bertaqwa". Tentang bagaimana cara berpuasa yang sebaik-baiknya,
telah dicontohkan oleh Nabi dengan lengkap sesuai dengan kehendak Allah SWT. Dengan demikian apabila kita sudah berpuasa menurut perintah Allah dan melaksanakan menurut contoh Rasulullah, maka sempurnalah puasa tersebut.
Pelaksanaan :
Nabi Muhammad saw melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut :
1. Rasulullah saw makan sahur menjelang subuh. Karena itu jangan sahur di tengah malam atau di waktu subuh sebab itu namanya sarapan.
2. Shalat subuh berjamaah di masjid atau musholla, karena itulah Rasulullah makan sahur menjelang subuh. Hikmahnya; (1) Puasanya menjadi pendek dan (2) Shalat subuhnya terjamin.
3. Setelah melaksanakan shalat subuh Rasulullah saw memberikan bimbingan iman kepada jamaah, walaupun hanya lima menit, yang sekarang kita sebut kuliah subuh.
4. Rasulullah saw senantiasa membaca Al-Qur'an di pagi hari meskipun hanya beberapa ayat.
5. Rasulullah saw shalat Dhuha di pagi hari. Sabdanya; " Barang siapa yang suka melaksanakan shalat dhuha di pagi hari maka akan terlepas dari sifat-sifat kemunafikan dan ditolong oleh Allah dengan rizki dari sudut yang tidak diperhitungkan". Maksudnya rizki akan datang dengan tidak diduga-duga.
6. Rasulullah saw bekerja seperti biasa, tidak libur, tetap bekerja keras.
7. Rasulullah shalat dzuhur berjamaah pada awal waktu.
8. Setelah itu Rasulullah membaca Al-Qur'an kembali seberapa dapatnya.
9. Rasulullah melanjutkan pekerjaan seperti biasa,tidak tidur. Tidak seperti yang sering kita lihat di beberapa masjid, orang setelah melaksanakan shalat dhuhur, terus tidur. Rasulullah tidak tidur tetapi membaca Al-Qur'an walaupun beberapa ayat.
10.Apabila adzan shalat ashar dikumandangkan, maka Rasulullah melaksanakan shalat ashar secara berjamaah di awal waktu.
11.Rasulullah membaca Al-Qur'an kembali, seberapa yang ia sanggup. Kemudian Rasulullah bekerja kembali sebagaimana biasa.
12.Bersiap-siap bersama keluarga untuk menanti berbuka puasa. Waktu yang paling baik di mana bapak ibu dan anak dapat makan bersama, adalah di saat berbuka di bulan Ramadhan. di luar Ramadhan banyak kesibukan seperti lembur, rapat dan lain-lain. Jadi mereka jarang bertemu. Maka di dalam bulan Ramadhan itulah bisa bertemu antara bapak ibu dan anak.
13.Berbuka dengan minuman dan makanan yang ringan. Rasulullah berbuka hanya dengan segelas air dan dua butir korma. Kalau makan sahur diakhirkan, berbuka disegerakan.
14.Rasulullah shalat magrib berjamaah dalam keadaan perutnya masih ringan.
15.Rasulullah shalat isya berjamaah dan shalat tarawih.
16.Tadarus membaca al-Qur'an di malam-malam Ramadhan.
Hikmah Puasa.
Hikmah puasa dapat ditinjau dari lima segi :
1. Dari Segi Aqidah: "Puasa akan memperkuat keimanan dan ketaqwaan kita. Sebab tujuan puasa adalah "LAALLAKUM TATTAQUUN" Agar kamu menjadi orang yang taqwa".
2. Segi Kesehatan: " Rasulullah mengatakan SUUMUU TASIHHU" "Puasalah kamu niscaya kamu sehat". Ada seorang tetangga sakit, pergi ke dokter, dengan harapan mendapat nasehat supaya jangan puasa. Kebetulan dokternya itu Cina. Ternyata dokter berkata :"Pak kalau sampeyan mau penyakitnya sembuh, maka jalan satu-satunya harus berpuasa".
3. segi Ekonomi: Memperkecil biaya hidup. Berarti merupakan realisasi hidup sederhana. Rasionya gampang". Di luar bulan puasa kita makan tiga kali, snack dua kali, kongko-kongko sekali. Tetapi di bulan ramadhan jelas makan hanya dua kali. Rapat dinas malam-malam jarang, sidang DPR malam tidak ada, teh botol enggak", jajanpun enggak. dengan demikian tepatlah bahwa puasa memperkecil dana, mencontohkan hidup sederhana".
4. Segi Pendidikan: Mendidik jiwa untuk jujur walaupun tidak dilihat orang lain. Di rumah kita sendiri orang tidak ada yang melihat. Tidak ada yang protes, kalumakan
minum di siang hari dan tiadak ada polisi yang akan menangkap, tidak ada jaksa menuntut, tidak ada pengadilan yang mampu mengadili. Tetapi kenapa tidak makan siang hari bulan Ramadhan? Tidak lain, karena iman sehingga kita tetap menjalankan ibadah puasa itu.
5. segi Sosial: Turut merasakan penderitaan orang lain terutama terhadap si miskin. Ada seorang mahasiswa yang ibu dan ayahnya telah meninggal. Dia hidup morat marit. Karena ingin mempertahankan hidup secara halal, maka dia berjualan koran. Enam tahun kemudian dia jadi sarjana hasil dari jualan koran itu. Kita tidak tahu bagaimana rasanya penderitaan itu. Maka dengan puasa kita dapat merasakan penderitaan orang lain.
Derajat Puasa:
Imam Gazhali membagi derajat puasa kepada tiga tingkatan
Pertama : Puasa awam, yaitu puasa menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan seksual.
Kedua : Puasa khusus, yaitu menahan anggota badan agar tidak melakukan perbuatan yang buruk. Umpamanya menahan tangan jangan mengambil harta orang, menahan mata agar jangan melihat sesuatu yang mendatangkan dosa, dsb.
Ketiga : Puasa istimewa (khususul khusus), yaitu menahan hati dari dari niat dan sikap yang buruk seperti dengki, sombong, takabur dsb.

Sumber : Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd