Sebuah penelitian ilmiah membuktikan, shalat tahajjud membebaskan seseorang
dari pelbagai penyakit. Berbahagialah Anda yang rajin shalat tahajjud. Di satu sisi
pundi-pundi pahala Anda kian bertambah, di sisi lain, Anda pun bisa memetik
keuntungan jasmaniah. Insya Allah, Anda bakal terhindar dari pelbagai penyakit .
Itu bukan ungkapan teoritis semata, melainkan sudah diuji dan dibuktikan melalui
penelitian ilmiah. Penelitinya dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya,
Mohammad Sholeh, dalam usahanya meraih gelar doktor.
Sholeh melakukan
penelitian terhadap para siswa SMU Lukmanul Hakim Pondok Pesantren
Hidayatullah Surabaya yang secara rutin memang menunaikan shalat tahajjud.
Ketenangan
Shalat tahajjud yang dilakukan di penghujung malam yang sunyi, kata Sholeh, bisa
mendatangkan Ketenangan. Sementara ketenangan itu sendiri terbukti mampu
meningkatkan ketahanan tubuh imunologik, mengurangi resiko terkena penyakit
jantung dan meningkatkan usia harapan hidup. Sebaliknya, bentuk-bentuk tekanan
mental seperti Stres maupun Depresi membuat seseorang rentan terhadap
berbagai penyakit, infeksi dan mempercepat perkembangan sel kanker serta
meningkatkan metastasis (penyebaran sel kanker). Tekanan mental itu sendiri
terjadi akibat gangguan irama sirkadian (siklus bioritmik manusia) yang ditandai
dengan peningkatan Hormon Kortisol. Perlu diketahui, Hormon Kortisol ini biasa
dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui kondisi seseorang apakah jiwanya
tengah terserang stres, depresi atau tidak. Untungnya, kata Sholeh, Stres Bisa
Dikelola. Dan pengelolaan itu bisa dilakukan dengan cara edukatif atau dengan cara
Teknis Relaksasi atau Perenungan/Tafakur dan umpan balik hayati (bio feed back).
"Nah, shalat tahajjud mengandung aspek meditasi dan relaksasi sehingga dapat
digunakan sebagai coping mechanism atau pereda stres yang akan meningkatkan
ketahanan tubuh seseorang secara natural", jelas Sholeh dalam disertasinya
berjudul Pengaruh Shalat Tahajjud Terhadap Peningkatan Perubahan Respon
Ketahanan Tubuh Imunologik.
Tahajjud harus secara Ikhlas & Kontinyu
Namun pada saat yang sama, shalat tahajjud pun Bisa Mendatangkan Stres,
terutama bila Tidak Dilaksanakan Secara Ikhlas dan Kontinyu. "Jika tidak
dilaksanakan dengan ikhlas, bakal terjadi kegagalan dalam menjaga homeostasis
atau daya adaptasi terhadap perubahan pola irama pertumbuhan sel yang normal,
tetapi jika dijalankan dengan ikhlas dan kontinyu akan sebaliknya", katanya kepada
Republika. Dengan begitu, keikhlasan dalam menjalankan shalat tahajjud menjadi
sangat penting. Selama ini banyak kiai, dan intelektual berpendapat bahwa ikhlas
adalah persoalan mental-psikis. Artinya, hanya Allah swt yang mengetahui dan
mustahil dapat dibuktikan secara ilmiah. Namun lewat penelitiannya, Sholeh
berpendapat lain. Ia yakin, secara medis, ikhlas yang dipandang sebagai sesuatu
yang misteri itu bisa dibuktikan secara kuantitatif melalui indikator sekresi hormon
kortisol. "Keikhlasan Anda dalam shalat tahajjud dapat dimonitor lewat irama
sirkadian, terutama pada sekresi hormon kortisolnya", kata pria yang meraih gelar doktor pada bidang psikoneoroimunologi dari Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga ini. Dijelaskan Sholeh, jika ada seseorang yang merasakan sakit setelah
menjalankan shalat tahajjud, besar kemungkinan itu berkaitan dengan niat yang
tidak ikhlas, sehingga gagal terhadap perubahan irama sirkadian tersebut.
Gangguan adaptasi itu tercermin pada sekresi kortisol dalam serum darah yang
seharusnya menurun pada malam hari. Apabila sekresi kortisol tetap tinggi, maka
produksi respon imunologik akan menurun sehingga berakibat munculnya
gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Sedangkan sekresi kortisol menurun,
maka indikasinya adalah terjadinyaproduksi respon imunologik yang meningkat
pada tubuh seseorang. Niat yang tidak ikhlas, kata Sholeh, akan menimbulkan
Kekecewaan, Persepsi Negatif, dan Rasa Tertekan. Perasaan negatif dan tertekan
itu menjadikan seseorang rentan terhadap serangan stres. Dalam kondisi stres
yang berkepanjangan yang ditandai dengan tingginya sekresi kortisol, maka
hormon kortisol itu akan bertindak sebagai imunosupresif yang menekan proliferasi
limfosit yang akan mengakibatkan imunoglobulin tidak terinduksi. Karena
imunoglobulin tidak terinduksi maka sistem daya tahan tubuh akan menurun
sehingga rentan terkena infeksi dan kanker. Kanker, seperti diketahui, adalah
pertumbuhan sel yang tidak normal. "Nah, kalau melaksanakan shalat tahajjud
dengan ikhlas dan kontinyu akan dapat merangsang pertumbuhan sel secara
normal sehingga membebaskan pengamal shalat tahajjud dari berbagai penyakit
dan kanker (tumor ganas)," kata alumni Pesantren Lirboyo Kediri Jatim ini.
Menurutnya, shalat tahajjud yang dijalankan dengan tepat, kontinyu, khusuk, dan
ikhlas dapat menimbulkan persepsi dan motivasi positif sehingga menumbuhkan
coping mechanism yang efektif. Sholeh menjelaskan, respon emosional yang positif
atau coping mechanism dari pengaruh shalat tahajjud ini berjalan mengalir dalam
tubuh dan diterima oleh batang otak. Setelah diformat dengan bahasa otak,
kemudian ditrasmisikan ke salah satu bagian otak besar yakni Talamus. Kemudian,
Talamus menghubungi Hipokampus (pusat memori yang vital untuk
mengkoordinasikan segala hal yang diserap indera) untuk mensekresi GABA yang
bertugas sebagai pengontrol respon emosi, dan menghambat Acetylcholine,
serotonis dan neurotransmiter yang lain yang memproduksi sekresi kortisol. Selain
itu, Talamus juga mengontak prefrontal kiri-kanan dengan mensekresi dopanin dan
menghambat sekresi seretonin dan norepinefrin. Setelah terjadi kontak timbal balik
antara Talamus-Hipokampus-Amigdala-Prefrontal kiri-kanan, maka Talamus
mengontak ke Hipotalamus untuk mengendalikan sekresi kortisol.
0 comments:
Posting Komentar
Komentar anda akan dihapus jika :
1. SPAM atau meninggalkan komentar mengandung unsur SARA
2. Berkata kasar atau kata-kata negatif lainnya
3. Meninggalkan komentar dengan link hidup
4. Komentar tidak berhubungan dengan tema
5. Jika anda ingin berlangganan "komentar" dari artikel ini, pilih link "Subscribe by email" pada bagian bawah form komentar